Tukang Makan
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Tempat Makan
Tukang Makan
No Result
View All Result

January Giveaway: Kopi Ujung, Makassar

didut by didut
3 Januari 2016
in Kopi
January Giveaway: Kopi Ujung, Makassar
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Sebetulnya jarang-jarang saya nyebar giveaway hihi~ Ini mumpung ada yang bisa dikasih dan keknya bakal jadi kebiasaan baru di 2016.

20151212_123039_Richtone(HDR) (Medium)
Di awal tahun ini saya mau ngasih ke pembaca Tukang Makan 250 gram biji kopi robusta premium dari Kopi Ujung Makassar yang siap buat digiling dan diseduh *abaikan muka model yang sedang keringetan ini hihi~*. Kebetulan kopi ini saya beli waktu ke Makassar beberapa saat yang lalu.

A photo posted by @adi_didut on Jan 2, 2016 at 11:29pm PST


Sebetulnya saya bukan peminum kopi kelas berat. Masih peminum kopi ala-ala karena hobinya pesen cappuccino atau variasi kopi dengan susu lainnya. Belum bisa menikmati kopi hitam. Sayapun cukup beruntung dikenalkan dengan minum kopi oleh salah satu teman saya Mari Sakai yang waktu itu bekerja paruh waktu di Starbucks. Dia yang mengenalkan saya dengan secangkir cappuccino hangat.

Sebelumnya saya memang tidak pernah minum kopi. Padahal adik-adik saya sudah minum kopi hitam dari kecil. Tradisi minum kopi hitam manis cukup kental di keluarga saya tapi entah kenapa saya lebih tertarik dengan minum teh.

Nah di suatu musim dingin tahun 2004 saya mulai dikenalkan dengan kopi melalui secangkir cappuccino oleh Mari. Sampai saat ini saya masih suka minum kopi, baik yang instan maupun non instan hahaha~

Untuk giveaway kali ini caranya mudah. Silahkan tinggalkan ceritamu dalam kolom komen tentang kamu, kopi dan kenapa kamu menyukainya. Saya akan pilih salah satu sebagai pemenangnya. Batas akhir komennya sampai hari Selasa 5 Januari 2016 yah. Dan saya hanya mampu mengirimkannya buat kamu yang ada di Indonesia.

Jadi sudah minum kopi apa kamu hari ini? ^^

Previous Post

Seketika Bubur Ayam Betawi Blok S

Next Post

Pengumuman Give Away Januari 2016

didut

didut

Ide membuat blog ini sebenarnya berawal dari kesukaan membuat postingan jajanan yang sering saya santap diluar rumah. Saya sering menyesal kalau makanan-makanan tersebut hanya masuk ke dalam perut. Awalnya blog ini hanya berisi pengalaman saya dan teman-teman dalam menyantap aneka jenis kuliner di Kota Semarang, tetapi saat ini blog tukangmakan juga diisi oleh teman-teman yang berada di luar Semarang hingga berada di negara yang lain. Kalau kamu tertarik untuk ikutan menulis disini silahkan kirimkan  pesan ke dianadi[dot]prasetyo[at]gmail[dot]com dan kami akan mengkontak kamu segera. Makan-makan yuk!! :D

Related Posts

Beralih Dari Cappucino Ke Piccolo
Kopi

Beralih Dari Cappucino Ke Piccolo

2 Januari 2024
Kyo Coffee, Kedai Kopi Dengan Vibe Jepang
Kedai Kopi

Kyo Coffee, Kedai Kopi Dengan Vibe Jepang

3 Desember 2023
Kaneki, Kopi Dekat Rumah
Kedai Kopi

Kaneki, Kopi Dekat Rumah

29 November 2023
Kejutan Kecil di Baby Dutch Pancake
Kopi

Kejutan Kecil di Baby Dutch Pancake

28 November 2023
Spicy Bulgogi Yang Adiktif
Kopi

Spicy Bulgogi Yang Adiktif

23 Maret 2021
Hommynya HaloNiko Mini
Kopi

Hommynya HaloNiko Mini

22 Maret 2021
Next Post
Pengumuman Give Away Januari 2016

Pengumuman Give Away Januari 2016

Batak Food at Lapo Ni Tondongta in Jakarta

Hidden Gem Kuliner Jakarta

Hidden Gem Kuliner Jakarta

Comments 41

  1. Eno Si @nagacentil says:
    9 tahun ago

    Setelah ditelisik dan ditelusuri ternyata kebiasaan minum kopi itu ditularkan bokap yang seneng kopi tubruk. Daku duka ngemil cethe sisa beliau ngopi. Entah karena hasutan media, sempet musuhan sama kopi dan lebih jadi penikmat kopi yang banyak campurannya termasuk kopi sachet.

    Tapi, namanya hidayah bisa balik lagi kok. Akhirnya kembali menyentuh black coffee. Meski belum bisa menjauh dari (sedikit) gula. Dan sepertinya mitos kopi bikin perut kembung nggak berlaku selama kopi yang dikonsumsi segar.

    Satu lagi, kenikmatan ngopi juga bisa hadir dari kunyahan bijinya. Ini nggak sengaja sih, gara2 mas kemringet yang di foto itu nyodorin biji kopi di atas creme brulee saat temaram. Kukira kismis ternyata….. Kok enak hahaha…

    Balas
    • didut says:
      9 tahun ago

      Emang rasanya kek gimana yak biji kopi dikunyah no hahahaha~

      Balas
  2. Radityo Prabowo says:
    9 tahun ago

    Saya sendiri bertahun-tahun menetapkan cap di kening sebagai “tea person”. Nah mulai belajar dan suka minum kopi baru sekitar 1,5 tahun terakhir. Tetapi langsung ” hardcore” karena favorit saya americano atau long black tanpa gula. Kebiasaan ini terpengaruh dari pilihan saya menikmati teh tanpa gula yang justru mengeluarkan rasa sebenarnya. Gula ataupun campuran lain memang kerap mendistorsi rasa teh maupun kopi.

    Bicara kopi, saya tidak suka yang teksturnya asam, sehingga kopi Vietnam yg banyak jadi favorit sekitar saya bukan pilihan. Kopi Jawa, Makassar, Bali adalah beberapa jenis yg cocok di indera perasa saya

    Balas
    • didut says:
      9 tahun ago

      WOGH ADA MAS RADIT KOMEN NENG BLOGKU *terdistraksi hahahaha~*

      Balas
  3. nonadita says:
    9 tahun ago

    Waktu masih kecil, orangtuaku suka nyeduh kopi hitam sore-sore. Lalu mamaku memperkenalkan cara ngemil sore dgn makan biskuit Marie Regal yg empuk setelah dicelup ke kopi hitam. Ternyata rasa kopi bikin biskuit jadi makin enak! Namun saya tidak lantas menyeduh kopi untuk diminum sendiri setelahnya, masih lebih suka icip-icip dari cangkir mama.

    Mulai jadi penyeduh kopi sendiri di tingkat akhir kuliah saat lagi demen-demennya begadang untuk beresin skripsi dan menulis blog berisi cerita patah hati . Ngopi malam hari ini sempat terhenti setelah mulai masuk kerja dan jarang begadang karena bisa ngeblog siang-siang di kantor.

    Tiga tahun terakhir, nyeduh kopi di pagi hari jadi kegiatan pertama setelah menyalakan laptop di kantor. Beruntung kantor saya yg kece itu punya mesin kopi serius untuk bikin kopi yg enak. Di luar ngopi pagi, kadang-kadang mesen kopi juga untuk temenin nongkrong sama temen2 atau ketika laptopan piyambakan di Bakoel Koffie seperti sekarang ini.

    *nyetel lagu Falling in Love at a Coffee Shop
    * lagunya gak nyambung

    Balas
    • didut says:
      9 tahun ago

      Cie yang lagi falling in love cieeee #MenangkapKode

      Balas
  4. Renny says:
    9 tahun ago

    Hobi banget giling kopi sendiri pake grinder manual di kantor. Sebulan lalu, temen kantor akhirnya ada yg beli grinder listrik ???? Paling suka kopi single origin brewing pake V60. Pernah ngerasain kopi bau nangka yg sangat owsem. Tahun lalu menyebarkan enaknya kopi giling dan seduh manual ke keluarga. Meski sampai sekarang masih minum kopi bubuk pasar paling nggak mereka udah minum tanpa gula. Yayyy!! Less diabetes. Secara ini penyakit keturunan keluarga.

    Balas
    • didut says:
      9 tahun ago

      Aku sampe sekarang masih belum bisa mem”baui” kopi-kopi itu.
      Terakhir soalnya ada yang cita rasanya seperti coklat. Aku cium-cium ya gak kerasa bau coklatnya hahahaha~

      Balas
  5. Yogi says:
    9 tahun ago

    Saya berhenti kopi sekitar dua tahun karena asam lambung yang terus kambuh. Bahkan untuk minum kopi yang dicampur susu saja gak kuat sampe akhirnya keinginan untuk ngopi mengalahkan pusingnya mikirin penyakit asam lambung saya. Sampai sekarang saya hanya bisa minum kopi hitam tanpa gula dan lambung saya gak pernah bermasalah karena kopi. Terlebih saya suka kopi karena kopi itu pahit sama seperti hidup. Hidup orang lain tapinya bukan saya.

    Balas
    • didut says:
      9 tahun ago

      #HUFT

      Balas
  6. Erwina says:
    9 tahun ago

    Kenal kopi dari umur belasan. Kopi item tentunya. Bapak peminum kopi, jd niru deh. Kopi hitam panas biasa jadi alat Mama saya kalo ngebujukin saya yg lagi ngambek dan mengurung diri di kamar. Insiden paling epik pas musim ujian SMP. Biar kuat melek saya bikin kopi satu teko, bener2 satu teko buat nemenin belajar. Besoknya pas tes kliyengan di sekolah. Sampe sekarang paling suka kopi item, kopi lampung yg andalan. Terakhir ngicip kopi temanggung, kalo dikasi kopi makassar ga nolak deh :)

    Balas
    • didut says:
      9 tahun ago

      Wah bahaya juga ya ini yang 1 teko *ngowoh*

      Balas
  7. annosmile says:
    9 tahun ago

    budaya minum kopi juga berkembang di keluargaku..dan tidak tidak mengenal waktu..pokoknya kalau ada keinginan minum kopi ya langsung masak air buat nyeduh kopi..pilihan kopi yang akan diminum pun bebas..tidak terpatok pada merk, jenis, dan olahan kopi..kadang kopi bubuk, kadang kopi bijian yg harus digiling dulu, dan kadang kopi instan..pokoknya asal rasa cocok dilidah jadilah kopi itu sebagai selera..bagi saya sendiri..selama ini telah mencoba bermacam-macam cara menikmati secangkir kopi..namun melihat kebutuhan waktu dan kerumitan dalam penyajian..akhirnya saya lebih sering menikmat sajian kopi bubuk hitam yang tinggal seduh dengan air panas..dan segera untuk meminumnyaa..
    ah rasanya blog ini menjadi komentarku paling panjang dan pertama kali di awal tahun 2016 :p

    Balas
    • didut says:
      9 tahun ago

      Suwun buat komennya dab ^^

      Kalo di keluargaku kopinya kopi kapal api hahaha~

      Balas
  8. Ipul Gassing says:
    9 tahun ago

    Minum kopi sebenarnya sudah dari dulu, tapi ya gitu deh. Asal minum dan sama sekali gak ngerti mana kopi yang enak dan bagus.

    Semua berubah ketika diracuni sama John, tukang grinder kopi yang punya Toko Ujung sekitar dua tahun lalu. Sejak itu ngopi jadi makin serius, sampai beli alat-alatnya walaupun masih manual.

    Sekarang sudah bisa ngopi tanpa gula dan makin rewel memilih dan menyeduh kopi.

    Balas
    • didut says:
      9 tahun ago

      Untung aku belum rewel eng =))))

      Balas
  9. Ranume says:
    9 tahun ago

    Asalnya bapakku itu dari desa kecil di Malang. Di situ banyak petani kopi. Termasuk mbah-mbahku, dari mbah buyutnya buyut sampe mbah (ajah). Tiap liburan sekolah yang barengan panen kopi, aku ikut rusuhin simbah. Metik kopi aku rusuhin. Giling kopi (manual), aku ambil alih-yang mana tenagaku ga cukup kuat buat muterin penggilingnya. Kopi dijemur, aku injek-injek sampe kepleset. Trus pas udah jadi, kopi seduhnya simbah yang ditaro di pawon, aku yang minum! Bahahahanjir! Rusuh abis dari lahir ini yak namanya!

    Balas
    • didut says:
      9 tahun ago

      jebulnya memang sudah default rusuhnya -____-

      Balas
  10. Faradithy says:
    9 tahun ago

    KOPI adalah minuman sedari kecil sudah saya lihat dan rasa. Karena asal dan tinggal di Aceh, orang tua semua doyan ngopi hitam favorite mereka kopi Gayo (kebetulan nyokap orang Gayo).

    Saya suka ngopi mungkin karena kebiasaan dari orang tua. Dulu waktu kecil, ngopi diminum di piring kecil tatakan gelas kopi lebih enak lagi ditambah kacang Goreng dan ubi/singkong rebus. Kalau sekarang lebih suka minum kopi ada campuran susu.
    Kopi sudah menjadi minuman sehari – Hari baik sachets, bubuk giling, ataupun coffee shop. Tapi ya saya juga masih belum bisa merasakan enaknya kopi hitam dan variantnya toh sedari kecil cuma kenal kopi Gayo aja kirain semua rasa kopi bubuk itu pasti ya sama wkwkwkkwkwk ternyata buanyaaakkk ya variantnya. (eh panjang banget ini komennya) ????

    Balas
    • didut says:
      9 tahun ago

      Wah ada orang Gayo komen hihi~
      Dan kopi gayo memang salah satu komoditi kopi yang hitz ya di indonesia ^^

      Balas
  11. Goiq says:
    9 tahun ago

    Bokap adalah tukang ngopi sejak gw belum lahir. Jadi sejak gw bisa mengingat memori pertama gw sejak lahir, hal yang pastinya ada di kepala gw adalah bokap yang tukang ngopi . Waktu kecil suka iseng nyicipin kopinya bokap yang ternyata cukup pahit. Dan percobaan nyicipin kopi bokap itu bikin gw kapok sama yang namanya kopi. Baru mulai nyobain kopi lagi setelah SMA dan ikutan pecinta alam. Gerombolan Pecinta Alam itu seperti ngga lepas dari yang namanya kopi. Nongkrong, rapat, sampai naik gunung rasanya ngga boleh ketinggalan bikin kopi. Satu gelas gede bisa diminum rame-rame. Istilahnya join kopi. Seru, hangat dan menyenangkan.

    Balas
    • didut says:
      9 tahun ago

      Goiq, avatarmu mengalihkan dunia hahahaha~

      Balas
  12. Wulan Kenanga says:
    9 tahun ago

    Saya mengenal kopi dari Bapak. Setiap sore, Bapak minum kopi hitam dengan ampas di bawah gelas. Dahulu, Bapak sering menggunakan ampas tersebut untuk baluran di rokoknya. Saya selalu memperhatikan hal tersebut, sampai Bapak menawariku untuk mencicipinya. Kala itu, saya sama sekali tak merasakan “wah” enak ya? atau sejenisnya.

    Waktu pun berlalu, dan tiba-tiba saja saya jadi suka kopi.

    Seperti yang kita ketahui, banyak sekali penulis, programmer, dan sekarang blogger, yang suka sekali bergadang dengan kopi. Alasannya simpel. Biar bisa melek. Padahal, saya sama sekali tak merasakan efeknya – mungkin kopi saya kurang jos ya? -. Pada foto-foto yang tersebar di internet pun, banyak potret buku dengan kopi, laptop dengan kopi, dan perempuan termenung di tepi jendela sembari menatap hujan dan memegang secangkir kopi.

    Alasan saya lebih melankolis. Saya ingin meresapi segala hal dengan mencecap pahitnya kopi. Membuat tulisan saya lebih #jleb di hati.

    Terus terang, sekarang kopi sudah menjadi candu.

    Balas
    • didut says:
      9 tahun ago

      Tenang, saya sekarang juga merasakan efeknya. Gak merasa setelah minum kopi itu gak bikin ngantuk.
      Habis minum kopi kalau mau tidur ya jadi tidur aja hahahaha~

      Balas
  13. Vicky Laurentina says:
    9 tahun ago

    Gw senang kopi karena kopi itu bikin nggak ngantuj. Sampai sekarang gw senang bereksperimen dengan kopi, ada yang gw campur-campurin ke sirup hazelnut, ada yang gw tetesin bubuk vanilla, ada yang gw gambar-gambarin latte pake krim. Gw juga senang bereksperimen dengan berbagai Varian kopi dari berbagai daerah di Indonesia, karena gw percaya tiap daerah punya ketinggian dan cara penanaman yang beda-beda, sehingga rasa kopi tiap daerah pasti beda-beda juga.

    Suami gw adalah pecandu kopi berat. Saking nyandunya, gw sampai beliin dia grinder manual untuk menolong dia menyalurkan kecanduannya terhadap kopi. Ketika dia beli paket blender untuk melumatkan makanan untuk bayi kami yang sedang belajar makan, salah satu blender-nya dia sita untuk dia jadikan penggiling kopi otomatis..

    Balas
    • didut says:
      9 tahun ago

      hahahahaha~ kocak nih cerita soal blender bayinya.
      Fahmi memang pecinta kopi kelas berats!

      Balas
  14. Hilman Mulya Nugraha says:
    9 tahun ago

    Waktu zaman kuliah saya mulai addict dengan kopi. Meskipun kopi yang saya minum adalah kopi sachet, gpp toh lah yah. Lagian saya baru tau kalau katanya kopi sachet itu bukan “kopi yang sebenarnya”

    Saya pun baru tahu setelah selesai kuliah dan baru-baru ini. Saya juga baru tau ada berbagai jenis kopi dengan citra rasa yang berbeda. Makannya saya jadi penasaran, oh berarti selema ini saya ga minum kopi yah.

    Tapi jujur saya bingung kopi yang sebenarnya itu kayak apa? apakah yang diracik langsung? Jadi penasaran kan nyobain kopi yang mas minum itu

    Balas
  15. tina purbowianto says:
    9 tahun ago

    Sejak kecil aku senang minum kopi. Tak banyak kopi yang aku minum, hanya sisa-sisa kopi bapak saya yang kebetulan sudah berangkat kekantor tetapi kopinya masih tersisa sedikit digelas. Itupun aku meminumnya ngumpet-ngumpet takut ketauhan ibu, dan takut kena marah. Saya dulu mengira kopi itu sangat mahal harganya. Karna persediaan kopi dirumah hanya buat bapak. Sedangkan kita yaitu ibu dan anak-anaknya hanya meminum teh. Kebiasaan meminum kopi sisa bapak berlangsung lama hingga aku besar. Dan saat aku bekerja dan bisa mendapatkan hasil cita-citaku hanya satu membeli kopi. Alhasil dari kopi warung hingga kopi enak bisa aku beli. Dan hingga sekarang kebiasaan minum kopi menjadi tradisi aku. Bagaimana kalau aku tidak minum kopi pagi hari? Apa yang terjadi? Kepala saya akan berat dan pusing seharian. Entah apa ini namanya. Tapi ga berlebihan hanya sajen kopi dipagi hari membuat saya bersemangat dan pusing kepala hilang. Dan saat ini bila ada undangan blogger atau yang lainnya kopi lah yang selalu menjadi pilihan aku untuk aku ambil sebagai penghangat tubuh. Entah mengapa bau harum kopi menjadi selera ku. Harumnya kopi setelah diseduh membuat aku mabuk kepayang. Itulah ceritaku awal mula menyukai kopi. Minuman hitam yang harum yang membuat aku bersemangat dan mabuk kepayang.

    Balas
  16. nengbiker says:
    9 tahun ago

    aku engga kopi person sih mas. aku kopi paste.

    #Halah

    tapi dari trip terakhir kemarin, rasanya seneng banget bawa2in biji ato bubuk kopi untuk temen-temen penyuka kopi yang yaaah terpenjara di meja kerjanya. kopi Lampung dan kopi Kampung Cecer – Flores kemarin bikin temen-temen bisa ngerasain yang rare item dan jarang ditemui di sini.

    1 komentar dari kopi Kampung Cecer kemarin.
    Mba aiiik, kopinya enak banget lho! Itu kopi dari ee komodo yaaaa…

    sekian. terima jitak.

    Balas
  17. windah saputro says:
    9 tahun ago

    Aku gak suka ngopi selain kapucino *cincau* hehehhe. Tapi gapapalah yaa ikut komen jadi tim hore

    Balas
  18. anna fianty says:
    9 tahun ago

    saya mulai ngopi sejak sekolah, khususnya kalo musim ujian, biar ga ngantuk ya minum kopi. kuliah jg tiap belajar bareng di rumah teman yg duluan kami siapkan ya kopi, bikin di teko besar sampai diketawain mamahnya. pas ngantor apalagi, tiada hari tanpa kopi kecuali lg ibadah puasa, atau kalo lg kumat sakit kepala ya terpaksa jauh2 dulu dr kopi. dulu sukanya kopi instant yg capucino, kalo skr lg suka kopi item (bukan instant). kopi membuat saya bahagia :) #bahagiaitusedehana

    Balas
  19. jensen says:
    9 tahun ago

    Saya gak ngopi. Bokap dah lama berhenti ngopi, dan lingkungan gak punya tradisi itu. Sejak kecil minum susu manis tiap pagi, sampai sekarang minum susu manis tiap pagi. Kalopun terpaksa ngopi karena diajak ngafe pasti ditumpahi gula juga sampai manis. Kopi hitam pahit apalagi. Sudah cukup pahit tiap kali nenggak vodka atau whisky, gak butuh kopi lagi.. :D

    Balas
  20. Robertus Benny Murdhani says:
    9 tahun ago

    Mulai mengenal kopi dari kebiasaan orang tua yang selalu minum kopi setiap sore sembari menonton acara di tv. Sejak itu, diriku jadi terbiasa meminum kopi satu gelas per hari, meskipun masih sebatas kopi sachet. Selalu berusaha mencoba kedai kopi lokal setiap kali dinas ke luar kota ataupun ketika ingin minum kopi yang dibuat secara serius (beberapa sudah direview di blog kulinerku). Selalu memesan cappuccino setiap kali datang ke kedai kopi untuk yang pertama kali. Pengalaman unik terakhir adalah ketika mencoba cold brew coffee di salah satu kedai kopi di Jakarta Pusat yang ternyata sukses bikin mata melek semalaman, dan barusan googling nemu artikel yang menyebutkan bahwa menyeduh kopi dengan teknik cold brew memang bikin kadar kafein naik 2 kali lipat.

    sudutmakan.wordpress.com

    Balas
  21. @_mizan says:
    9 tahun ago

    Aku suka minum kopi karena suka minum kopi. *lap keringet*

    Balas
  22. gienk says:
    9 tahun ago

    kopi, buku dan teras rumah
    #udahgituhajah

    Balas
  23. Nope says:
    9 tahun ago

    Sampe detik ini blm bisa ninggalin kopi item dibagi hari. Knp? Entah… pokoknya kopi, titik

    Balas
  24. Yanuar says:
    9 tahun ago

    Kopi itu kalau diminum sendiri nikmat, diminum berdua dekat, selebihnya bisa mengguncang negara. :))

    Kenal kopi sejak mulai kerja, merembet-merembet begitu pindah ke Jakarta kopi ini jadi jalur utama saya berteman dengan banyak orang. Obrolan jadi seru dan lepas setelah cangkirnya separuh kosong, mau bahas kegalauan akademik sampai politik pun jadi enteng sudah. Sangat membantu buat mereka yang pendiamnya keterlaluan (kaya saya). Nah sekarang level ngopinya sudah agak keterlaluan mas. *elus silvia* gitu lah. :))

    Balas
  25. Sally says:
    9 tahun ago

    Saya makhluk jejadian, kadang suka kopi, tapi gak nolak ngeteh. Awalnya suka kopi instan tanpa ampas. Eh lama-lama asam lambung kumat membuat saya gak bisa menikmati kopi mall tanpa diare seharian. Udik memang.

    Tapi segelas kupi uleekareeng di warung kupi langganan bisa bikin esmosi saya meredup. Dan suami saya tahu saja cara bikin saya gak ngambek sama dia, cukup bawakan segelas kupi hitam uleekareeng…

    Balas
  26. Arba'in Prasetyo says:
    9 tahun ago

    Kopi itu unik, dan pilihan saya sudah pasti adalah kopi hitam. Setiap traveling ke tempat baru saya selalu menyempatkan diri untuk mencari coffeeshop atau kedai yang terkenal di tempat itu, tentu saja terkenal karena keunikan dan khasnya bukan karena jaringannya yang besar. Menikmati segelas kopi asli yang dibuat dengan cara tradisional itu menyenangkan, karena bisa mendapatkan aroma dan rasa yang berbeda. Pengalaman saya paling menarik adalah saat menikmati kopi hitam di sebuah lereng bukit di pedalaman Toraja dalam suasana gerimis. Selain suasananya yang sangat mendukung dan nikmatnya kopi Toraja yang memang sudah sangat terkenal, aura mistis di daerah itu juga memberikan nuansa yang berbeda.

    Balas
  27. Ping-balik: Pengumuman Give Away Januari 2015 – Tukang Makan
  28. travelerkeren says:
    9 tahun ago

    Jadi pengen nyoba, meski bukan penggila kopi ^^

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular

Beralih Dari Cappucino Ke Piccolo

Beralih Dari Cappucino Ke Piccolo

1 tahun ago
Menemukan Soto Boyolali Asli di Jakarta, Soto Wong Boyolali (Asli) Pak Nur Rambo

Menemukan Soto Boyolali Asli di Jakarta, Soto Wong Boyolali (Asli) Pak Nur Rambo

2 tahun ago
Kyo Coffee, Kedai Kopi Dengan Vibe Jepang

Kyo Coffee, Kedai Kopi Dengan Vibe Jepang

2 tahun ago
Kaneki, Kopi Dekat Rumah

Kaneki, Kopi Dekat Rumah

2 tahun ago
Tukang Makan

  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2020 Tukang Makan.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Tempat Makan

© 2020 Tukang Makan.