Kalau ditanya teman di mana tempat makan bernuansa alam di Malang, saya selalu menunjuk Taman Indie di urutan pertama. Walau mungkin belum 10x saya ke Taman Indie, tapi saya suka sekali sama suasananya.
Taman Indie berada di dalam perumahan Araya, masuk di cluster New Indie. Petunjuk gampangnya, masuk perumahan Araya lewat boulevard Plaza Araya, lurus terus ke arah Jembatan Araya, sebelum jembatan belok kiri. Nah karena ada di lembah sungai yang dilewati Jembatan Araya, ada sudut kursi di Taman Indie yang menghadap ke sawah, sungai dan jembatan. Coba makan di sini waktu malam hari, romantis kakak :).
Ada beberapa zoning meja makan di Taman Indie yang bisa saya simpulkan. Mau makan resmi, silahkan ambil tempat di dekat pintu masuk, ada beberapa meja yang bisa ditata panjang untuk beberapa puluh orang. Turun di sisi kanannya bagian teras, agak lebih santai. Selain view yang paling seru di gazebo tepi sawah, tepi sungai dan menghadap jembatan Araya, tempat favorit saya adalah di dapur lawas yang kadang ditunggui simbok lagi ngupas bawang, masak air pake dandang dengan tungku kayu.
Let’s talk about food. Pada setiap event tertentu Taman Indie mengeluarkan menu-menu khusus yang kadang tidak ada di menu harian Taman Indie. Terakhir saya tau menu khusus Chinese New Year di balihonya, tapi saya ngga ke sana sih. Menu khusus yang saya coba saat demam pedas melanda kota Malang, Taman Indie tidak mau kalah mengeluarkan serian sambal-sambal. Yang menarik, menu khususnya itu sering dalam paket jadi sudah disesuaikan makanan yang cocok dengan yang ada di menu harian. Per orang sekitar 50 ribu rupiah dihabiskan plus minumnya. Agak mahal memang, tapi rasanya sesuai. Agar lebih cocok dengan lidah dan perut, menu sambal waktu itu ngga terlalu pedas.
Tahu petisnya juara! Sop buntutnya juga menggoda selera. Menurut review teman, iga bakarnya perlu dicoba karena porsinya raksasa. Maksudnya kalau makan sendirian itu gede, tapi makan berdua agak kurang, hihihi. Tampilan masakan di Taman Indie selalu manis dan cekli di dalam hati. Bikin mau makan mikir sayang ngerusak kerajinan tangan orang lain.
Oiya, di dapur simbok yang saya ceritakan di atas, ada sudut cemal cemil. Di tempat itu menyediakan cemilah kuno yang sudah susah dicari di pasar sekalipun. Saya sampai lupa apa saja makanan lawas yang ada di kota Malang, ternyata disediakan di situ. Dengan blek khas yang warna warni, dan dilengkapi dengan mainan perahu tuk-tuk juga sepeda onta, sudut cemal cemil bikin nostalgia ngga sengaja sama jaman dulu.
Yang perlu disiapkan kalau ke Taman Indie sepertinya uang cash ya. Secara beberapa kali selalu mogok gesek debit dan pake kartu kredit lama sekali transaksinya.
Huaaa, tulisanmu yo mas…menggugah selera makan… Melihatmu makan, apalagi !! Sepertinya semua makanan memang lezat apa adanya… :-)