Siapa yang tidak mengenal Outback Steakhouse? Salah satu pelopor restoran steak premium di Jakarta. Mereka mulai mengenalkan menu steak dengan daging premium sejak tahun 2001. Outlet tertua mereka terletak di Ratu Plaza dan masih bertahan melayani penikmat daging steak sampai saat ini.
Siang itu, saya dan beberapa teman blogger diundang Outback Steakhouse untuk saling sharing tentang daging steak dalam sesi steakology. Dilip Khrisnan (Head of Marketing) berbagi pengetahuannya tentang daging sapi yang digunakan untuk menu steak, karena kebanyakan orang Indonesia tidak banyak tahu daging yang mereka santap ketika menikmati steak.
Outback Steakhouse menggunakan standar amerika untuk daging yang mereka gunakan. Standar dan sertifikasi ini digunakan oleh departemen pertanian di amerika untuk memastikan kualitas dan keamanan daging yang beredar di masyarakat.
Kualitas daging yang paling tinggi adalah US Prime. Kualitas daging ini sangatlah tinggi dan populasinya hanya sekitar 2,9% dari keseluruhan sertifikasi daging yang diberikan. Daging dengan jenis prime mengandung lemak marbling yang sangat tinggi sehingga daging menjadi sangat lembut untuk disajikan. Marbling adalah lemak yang berada didalam daging. Semakin tinggi tingkat marbling-nya berarti daging tersebut semakin enak untuk disajikan menjadi daging steak. US Prime biasanya disajikan untuk fine dining.
Yang berikutnya adalah US Choice. Daging jenis ini relatif mudah ditemukan dan memang sangat jamak untuk digunakan sebagai bahan dasar steak. Populasinya kurang ari 50% dari keseluruhan sertifikasi daging dan masih mempunyai kualitas marbling yang bagus.
Lalu yang berikutnya ada US Select, US Standar, US Commercial dan daging-daging dengan kualitas dibawahnya. Outback Steakhouse menggunakan kualitas daging diantara prime dan choice. Artinya mereka menggunakan kualitas daging yang tinggi.
Setelah Dilip Khrisnan selesai sharing tentang daging, saatnya untuk para food blogger memesan menu makan siang yang akan kita santap. Saya memesan Prime Rib yang menjadi salah satu signature steak dari Outback Steakhouse.
Tetapi kalau saya boleh menyarankan untuk penikmat steak yang belum pernah ke Outback Steakhouse untuk memesan outback special. Daging sirloinnya tebal dan sangat menggugah ketika kita potong sebelum kita santap. Terlebih lagi ketika kita memesan dengan tingkat kematangan medium rare, dimana sekitar 50% daging yang berada ditengah masih belum matang.
Dengan kualitas daging dan cara memanggang steak yang sangat baik, memesan steak dengan tingkat kematangan medium rare menghasilkan the perfect steak. Perfect steak adalah suatu kondisi dimana daging terasa juicy sekaligus lembut ketika kita santap.
Akhirnya datanglah prime rib saya. Saya sengaja memesan dengan tingkat kematangan medium rare dan rasanya memang juicy. Saya sengaja hanya menikmati prime rib saya dengan sayuran karena siang itu saya juga memesan udang panggang yang tidak kalah nikmatnya.
Makan siang sambil ngobrol dan sharing antar teman blogger siang itu ditutup dengan datangnya chocolate thunder from down under. Penampakan menu dessert ini memang tidak kalah mentereng dengan namanya yang panjang. Kue brownie yang ditutup oleh es krim vanilla, lapisan coklat dan whipped cream ini menutup kebersamaan saya bersama teman-teman food blogger siang itu.
berbahagialah para karnivora…. :9
hooh hahahahaha~
aku kok gak suka ya kalau medium rare gitu. lebih suka yang well done :|
tp kl aku nguji daging enak atau gak ya yg medium rare gitu chik, terasa fresh kl yg masak jago hihihi
apakah outback steakhouse sdh berlabel halal mui? mohon infonya tks