Awal bulan ini saya beserta 2 orang teman bepergian ke Jepang, jalan-jalan ala backpaker. Nah karena kedua teman saya ini muslim, untuk urusan perut saya sampai tidak berani untuk membawa mereka ke warung. Karena makanan di Jepang kebanyakan berdasar babi untuk warung. Defaultnya ya makan siang Yoshinoya dan makan pagi onigiri. Sewaktu sudah tidak tahan (baca bosan) baru kita ke restorant untuk menu yang lain hihihi~
Untungnya dihari terakhir kita ditemani Mas Gandjar. Mas Gandjar yang sudah 9 tahun bermukim di Jepang mengajak kita untuk mencoba “yatai” atau warung di sekitar Stasiun Shinjuku. Lokasinya di dekat West Gate stasiun Shinjuku, tidak jauh sekitar 50 – 100 meter.
Saking excitednya kami sampai lupa untuk mengambil foto warungnya (ternyata Ipi sempat mengambil gambar warungnya). Warungnya sendiri menyempil di gang antar gedung di Shinjuku. Di sekitarnya ada beberapa warung yang lain. Konsep warungnya hampir mirip dengan warung di Indonesia, kecil dan sempit. Berbeda dengan di Indonesia, kalau makan di warung masih mempunyai kemewahan waktu. Di Jepang kita seperti ditunggu banyak orang untuk selesai makan.
Kapasitas warungnya sendiri muat untuk sekitar 5 – 7 orang. Orang yang selesai makan harus segera bergegas jika sudah banyak yang mengantri. Kata Mas Gandjar yatai ini memang untuk kelas pekerja, serba murah dan cepat.
Malam itu kami semua mencoba Tendama Soba (Soba Telur Mata Sapi). Mie Soba dengan kuah yang terasa agak gurih dengan kondimen telur mata sapi dan gorengan yang mirip bakwan. Karena edisi warung, harga makanannya cukup ekonomis. Cukup 380 yen saja. Untuk perbandingan, rata-rata untuk makan normal disana sekitar 500 – 1000 yen.
Entah kenapa mie bukan favorit saya ketika saya berada di Jepang. Padahal orang banyak yang suka atau mau mencoba ramen ketika mereka berada di Jepang tetapi saya biasanya lebuh suka nasi curry ^^ Karena nasi curry di Jepang memang mempunyai kekhasan tersendiri yang beda dengan curry di negara lain.
Tapi setelah makan tendama soba ini kelihatannya saya mulai jatuh hati dengan soba haha~ Untuk orang Indonesia hobby dengan masakan yang kaya rasa, tendama soba memang agak plain . Tapi entah kenapa saya suka. Ipi saja menambahkan cukup banyak bubuk cabe ke dalam sobanya untuk menambah rasa.
Buat saya tendama soba menjadi salah satu highlight dalam kunjungan saya ke Jepang kali ini.
Courtesy:
1. Foto tendama soba diambil dari iPhone Pitra.
2. Foto warung terselamatkan oleh Ipi dan iPhonenya.
dan entah kenapa, sampai sekarang saya masih belum bisa menikmati masakan Jepang..
hahaha
saat teman2 heboh sama sushi, saya malah adem-adem aja..gak yang heboh tapi ya gak sampe tidak suka suka. intinya kalo dibayarin okelah, tp kalau bayar sendiri belum mau hihihi
lah aku mau menikmati atau enggak memang hrs makan daeng, wong lagi di Jepang =)))
Yang di sini cukup aman dikonsumsi sama orang muslim ya Dut?
*terus mendadak pengen marugame udon*
kl yang di indonesia sih harusnya aman kali ye chik ^^
Kayaknya aku gak bakal mau makan ini. Atau setidaknya macam Ipi. Menambahkan sebungkus cabe hijau. :))
tapi diluar penampilannya yang simpel ini enak kok pul dan MURAH ! *catet* =))
SOBA!!
T__T
di taman anggrek ada soba yang cukup enak tuh punyanya marugame. daku sukaa
hmm ternyata byk yg ngbroliin Marugame, baiklah tak ngesot ke gancit kapan2 kl pengen soba :)
HAH! Salah banget baca siang-siang gini di tanggal tua pula.
Aku pengeeeeeen!
Aku kangen Jepang!!
*ngiler sebaskom* :lol:
*puk puk Umen* =))
Ooo, jadi kemarin Didut, Ipi, & Pitra makan di sini, yak.
Btw trivia…, di Jepang ada alergi soba, kalo parah bisa sampai meninggal. Untung gak ada alergi yg aneh2 di Indonesia yak (*^^*)
e buset alergi soba, serem amat mbak :|
telurnya belum mateng. :|
udah yo tapi emang nikmatnya kl 3/4 mateng loh ^^
sampe sekarang ga pernah tau soba itu kaya’ apa dan gimana rasanya.. kaya’nya beneran kudu ke Jepang nih biar tau.. *lah*
betul bil, enaknya makan di Jepang aja #YaKaleeee
Mie soba ini kayak udon bukan?
Udah pernah nyobain marugame?
Mie di sana enak XD
Btw nasi curry di Tokyo Belly enak lho
Iyaa… nasi curry di sana rasanya memang beda dengan kari di sini. Jadi kangen curry.
tapi di resto jepang yang otentik biasanya da sih ra ^^
Di berbagai stasiun kereta api di Jepang sekarang bisa ditemui warung tachigui-soba sebagai penerus tradisi soba kakilima. Warung-warung seperti ini mengharuskan orang makan berdiri karena tidak menyediakan kursi untuk duduk.
iya sempat lihat juga kemarin ^^
jadi pengen coba, sesuai lidah orang indo nggk?
lumayan, tinggal di Jepangkah? ^^